PENGUKURAN KINERJA
Setelah
suatu sistem pengelolaan keuangan terbentuk, perlu disiapkan suatu alat untuk
mengukur kinerja dan mengendalikan pemerintahan agar tidak terjadi KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), tidak adanya kepastian hukum dan stabilitas
politik, dan ketidakjelasan arah dan kebijakan pembangunan
9.1. INDIKATOR KINERJA
9.1.1. Pengertian Indikator Kinerja
Indicator
kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan
memperhitungkan indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes),
manfaat (benefits) dan dampak (impacts)
1.
Indikator masukan
adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat
berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indicator ini dapat berupa dana, sumber
daya manusia, informasi, kebijaksanaan/peraturan perundang –undangan dan
sebagainya.
2.
Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non fisik.
3.
Indicator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
4.
Indikator manfaat adalah suatu yang terkait dengan
tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
5.
Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negative terhadap setiap tingkatan indicator berdasarkan asumsi
yang telah ditetapkan.
9.1.2. Syarat – syarat Indikator Kinerja
Sebelum menyusun
dan menetapkan indicator kinerja, syarat – syarat yang harus di penuhi oleh
suatu indikator kinerja perlu diketahui, sebagai berikut :
1.
Spesipik, jelas, dan tidak ada kesalahan kemungkinan
interpretasi.
2.
Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif, yaitu dua atau lebih yang mengukur indicator
kinerja mempunyai kesimpulan yang sama.
3.
Relevan; indikator kinerja harus menangani aspek
objektif yang relevan.
4.
Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk
menunjukan keberhasilan masukan, proses keluaran, hasil, manfaat, serta dampak.
5.
Harus cukup fleksible dan sensitif terhadap perubahan/
penyesuaian pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan.
6.
Efektif; data/informasi yang berkaitan dengan indikator
kinerja bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya
yang tersedia.
Mengingat
bidang kehidupan atau sektor pembangunan sangat beragam, indicator kinerja dan
cara penerapanya untuk bidang fisik ( misalnya, pembangunan, prasarana, dan
sarana fisik ) maupun bidang nonfisik ( misalnya penyuluhan dan perubahan sikap
masyarakat ) tidak selalu sama. Berikut contoh indikator kinerja :
·
Tingkat ketepatan pelayanan.
·
Tingkat kecepatan pelayanan.
·
Tingkat kenyamanan.
·
Tingkat kemurahan.
Penentuan
indicator – indicator tergantung pada kebijaksanaan/prpgram/kegiatannya.
9.1.3. Peran Dan Manfaat Indikator Kinerja
Peran Indikator Kinerja
Publikasi
indikator kinerja melayani berbagai macam tujuan dasar, yang salah satunya
adalah menjamin pertanggungjawaban oerganisasi sector public ( agen ). Stewart
(1984) menyarankan pertanggungjawaban dapat dijaga dengan hanya dua kondisi :
1.
Agen harus memberikan perhitungan kinerja pelaku.
2.
Pelaku harus mampu menangani agen dalam perhitungannya.
Prinsip agensi
telah dikembangkan dalam konteks sektor korporasi Baiman ( 1990 ) yang
mengidentifikasi pelaku dan agen atau manajer saling terbuka.
Pertanggungjawaban dalam sektor publik smakin lama semakin kompleks.
Pengguna atau
calon pengguna pelayanan sector public harus dapat menangani administrasi
laporan pelayanan. Dalam organisasi usaha, pelanggan dipasar yang kompetitif
melakukan pengendalian langsung dan memberlakukan sanksi. Hal ini berlawanan
denga praktik pelayanan public lokal yang monopoli. Pada saat yang sama, banyak calon pengguna layanan
atau kelompok yang berkepentingan lainnya tidak mempunyai pengalaman langsung
terhadap kualitas pelayanan yang ditawarkan, seperti pelayanan soaial
perorangan.
Pertanggungjawaban
public merupakan pertimbangan utama bagi tiap kelompok yang ingin mengendalikan
kinerja pelayanan publik. Kerangka pertanggungjawaban yang utama adalah
pemikiranyang diperlukan dalam proses akutabilitas publik. Jika pola
pertanggungjawaban gagal memenuhi criteria, maka manajer menjadi ragu untuk
menggunakan sumber daya secara efisien.
Manfaat
Indikator Kinerja
Manfaat skema
indikator kinerja dapat dipertimbangkan menjadi enam macam:
1.
Kejelasan tujuan organisasi
2.
Mengembang persetujuan pengukuran aktivitas
3.
Keuntungan proses produksi harus di pahami lebih jelas
4.
Tersediannya perbandingan kinerja dari organisasi yang
berbeda;
5.
Tersedianya fasilitas setting of target untuk penilaian
organisasi dan individual manager sebagai bagian dari pertanggung jawaban
organisasi kepada pemilik saham.
Pengukuran
kinerja merupakan langkah awal dari proses pembandingan industry. Fenomena tang
diukur harus menjadi model proses produksi. Pembandingan industri sering kali
merupakan langkah pengujian model, dimana pengolahan input sector public akaan
menghasilakan output yang mampu mempengaruhi lingkungannya.
Lima alas an
mengapa variasi pengukuran kinerja bisa diamati didalam organisasi Smith (1990)
1.
Organisasi bisa mengikuti tujuan yang berbeda;
2.
Organisasi bisa mempunyai lingkungan yang berbeda;
3.
Organisasi bisa menghadapi sumber – sumber biaya yang
berbeda;
4.
Organisasi bisa melaporkan kinerja yang berbeda;
5.
Organisasi bisa mempunyai level efisiensi yang berbeda.
Tujuan dari
pemodelan kinerja ini adalah untuk menguraikan masalah melalui langkah
pemodelan yang sangat krusial, dimana analisis kinerja ditetapkan melalui
proses penilaian kinerja sektor publik. Dengan analisa cross sectional yang akan menghasilakan benchmark
Filosofi
pengukuran kinerja diturunkan menjadi identifikasi tujuan pengukuran kemajuan,
penilaian kinerja, serta pensettingan target dan keyakinan.
9.1.4. Penyusunan Indikator Kinerja
Langkah – langkah dalam Menyusun Indikator
Kinerja
Ada beberapa
langkah yang perlu dilakukan untuk penyusunan dan penetapan indikator kinerja
pemerintah, yaitu sebagai beikut :
1.
Susun dan tetapkan rencana strategis lebih dahulu
meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, dan cara mencapai tujuan /sasaran
(kebijaksanaan, program, dan kegiatan ).
2.
Identifikasi data / informasi yang dapat dikembangkan
menjadi indikator kinerja. ( data yang relevan, lengkap, akurat ).
3.
Pilih dan tetapkan indikator kinerja yang paling
relevan dan berpengaruh besar terhadap keberhasilan pelaksanaan
kebijaksanaan/program/kegiatan.
Berikut contoh
indikator yang ada di Departemen Kesehatan dan unit organisasi lainnya.
PROGRAM
|
PROYEK / KEGIATAN
|
INDIKATOR KINERJA
|
Peningkatan Pelayanan Kesehatan
di Puskesmas
|
Perbaikan / Penggantian
peralatan medis yang rusak di Puskesmas.
|
1.
Input dana
2.
Process
-
Ketaatan padaaturan hukum dalam proses pengadaan
peralatan medis.
-
Rata – rata waktu yang diperlukan untuk pembelian dan
penerimaan peralatan medis di Puskesmas
3.
Output
-
Jumlah peralatan medis
4.
Outcome
-
Baiknya kualitas pemeriksaan
5.
Benefit
-
Peningkatan kesembuhan pasien
6.
Impact
-
Penurunan jumlah orang sakit.
|
Biaya
Indikator kinerja
Banyak
organisasi sektor publik menerapkan filosofi pengukuran kinerja , tanpa
pertimbanngan biaya yang di perlukan. Wujud dari filosofi Indikator kinerja itu
adalah skema indikator kinerja . saat tim audit eksternal melakukan audit
kinerja maka aka nada biaya yang di
pertanyakan ( biaya langsung pembuatan
skema akan menjadi verifikasi audit).
Ada 2 alasan
kemungkinan disfungsi konsekuensi :
-
Sangat sulit mengimplementasikan prinsip indicator
kinerja di organisasi/industry berbeda.
-
Pengendalian mempunyai kemampuan yang terbatas untuk
memproses skema imdikator kinerja, sehingga strategi penerapan indikator
kinerja justru menyesatkan..
Menurut Smith (
1993 ) ada 8 bagian pemeriksaan konsekuensi dalam penilaian kinerja.
-
Tunnel vision,
perbedaan aspek yang tidak lengkap dalam skema penilaian kinerja.
-
Suboptimisasion,
keterbatasan sumberdaya sebagai batasan pencapaian tujuan organisasi secara
keseluruhan.
-
Myopia,
fenomena pengabaian tujuan jangka panjang yang terdapat pada skema indiKator
kinerja.
-
Measure fixation,
gagal merefleksikan aktivitas dengan tujuan.
-
Misrepresentation,
manipulasi data yang tidak sah dan berbahaya.
-
Misinterpretation,
salah mengartikan/ pengertian/tanggapan.
-
Gaming,
kehati – hatian prilaku manajemen untuk menjamin keuntungan strategi.
-
Ossification
Mengurangi
Konsekuensi Disfungsional
Beberapa
strategi untuk menghindari disfungsional.
a.
Melibatkan seluruh karyawan dalam seluruh pengembangan;
b.
Memelihara fleksibilitas dalam penggunaan pengukuran
dan pengendalian skema indikator kinerja;
c.
Manjaga system indicator kinerja dengan review yang
constant;
d.
Mencari ukuran setiap tujuan;
e.
Mengukur ketertarikan klien;
f.
Mencari interpretasi para ahli tentang skema indikator
kinerja;
g.
Menyimpan data yang diperiksa;
h.
Mengembangkan perspektif karir jangka panjang;
i.
Meminimalkan jumlah Indikator;
j.
Mengembangkan kinerja pembanding independen dari
aktivitas yang lalu. Contoh : data industri merupakan alat bagi satuan
pengendalian itern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar