Jumat, 09 Desember 2011

ASPEK PENGUKURAN KINERJA


9.4 PENGKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DI INDONSEIA –PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA   TATA NUGRAHA BAGI PELAKSANAAN TERTIB LALU LINTAS
Pemberian penghargaan Wahana Tata Nugraha merupakan sarana pemerintah dalam mewujudkan tertib lalu lintas dan angkutan jalan. Setiap pemerintah daerah mendambakan untuk mendapatkan prestasi tertib lalu lintas, karena keberhasilan dalam mendapatkan penghargaan ini merupakan kebanggaan suatu kota/kabupaten.
Jika kriteria penilaian lomba ini dilakukan secara jujur, maka akan memunculkan daerah yang baik dari segi biaya maupun moral untuk memenuhi kriteria persyaratan yang kompleks.

Persiapan dan upaya-upaya yang mendesak untuk segera dilakukan adalah:

1.      Penataan/pengaturan arus lalu lintas.
2.      Pembenahan  prasarana jalan yang meliputi rambu-rambu lalu lintas, papan petunjuk arah, papan nama jalan, lampu pengatur lalu lintas, marka jalan, dan tempat penyeberangan.
3.      Pembinaan terhadap petugas parker.
4.      Penataan terminal.
5.      Pembinaan angkutan kota.

Aspek yang nilai berkenaan dengan penilaian Wahan Tata Nugraha adalah:

1.      Aspek Sarana
Penilaian terhadap ketersediaan angkutan umum meliputi jumlah angkutan umum dan kertediaan jaringan trayek. Kebersihan kendaraan dengan penyediaan temapt sampah dan perlengkapan kendaraan, papan trayek dan tanda pengenal kendaraan umum, serta fasilitas pengujian SIM dan pelayanan STNK harus memadai.
2.      Aspek Prasarana
Penilaian terhadap pembenahan di lingkungan seperti penerangan jalan, pavingisasi trotoar dan pengecatan batas trotoar.
Keikutsertaan warga masyarakat dalam pembangunan ini berpartisipasi dalam pembangunan.
3.      Aspek Sumber Daya
Penilaian terhadap pencatatan/pendataan pengemudi, data kecelakaan lalu lintas, data pelanggaran lalu lintas, dan data asuransi kecelakaan, mempermudah aparat dan masyarakat dalam mengidentifikasi pelaku pada saat kecelakaan lalu lintas. Jumlah dan kualifikasi petugas dalam melayani SIM dan STNK berpengaruh terhadap kecepatan dan kepuasan masyarakat.
4.      Aspek Manajemen
-          Penilaian terhadap penskemaan
Penilaian terhadap Skema Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) yang mendukung di bidang perhubungan. Penskemaan pembangunan gedung baru dan pertokoan disertai analisis dampak lalu lintas untuk menjaga kesehatan, keselamatan dan keamanan masyarakat.
-          Organisasi
Penilaian terhadap lembaga yang mengurusi masalah ketertiban lalu lintas seperti DLLAJR.
-          Pelaksanaan
Penilaian terhadap pelaksanaan yang meliputi pelaksanaan perturan lalu lintas.
-          Pengawasan dan Pengendalian
Penilaian terhadap penyelewengan prosedur , KKN dan pelanggaran peraturan lalu lintas
5.      Aspek Penilaian Lapangan
Tujuan dari penilaian lapangan ini adalah untuuk melihat pelaksanaan tertib lalu lintas di suatu daerah, dan mencocokkan jawaban dari daftar isian dengan keadaan yang sesungguhnya.

Penetapan Bobot Penilaian
Penetapan bobot penilaian antarunsur administrasi dengan unsure lapangan ditetapkan oleh sebuah panitia dengan perbandingan :
a.       40% untuk aspek administrasi yang terperinci dalam table 9.7
b.      60% untuk aspek lapangan yang terperinci dalam table 9.8

Tabel 9.7
Bobot Penilaian Adminintrasi (%)






No
Aspek yag dinilai
Perolehan Piala WTN tahun ke
1
2
3
4
5
6
1
Sarana Kuantitatif
10
9
8
7
5
5
2
Sarana Kualitatif
15
15.5
16
16.5
17.5
17.5
3
Prasarana
20
18
16
14
10
10
4
Metode Kuantitatif
15
15
15
15
15
15
5
Manusia Kualitatif
20
21
22.5
24
27.5
27.5
6
Manajemen
20
21
22.5
23.5
25
25

Jumlah
100
100
100
100
100
100








Tabel 9.8
Bobot Penilaian Lapangan (%)






No
Aspek yang Dinilai
Perolehan Piala WTN tahun ke
1
2
3
4
5
6
1
Kinerja sarana angkutan umum
10
9
8
7
5
5
2
Kondisi fasilitas perlengkapan jalan
15
15.5
16
16.5
17.5
17.5
3
disiplin para pengguna jalan
20
18
16
14
10
10
4
Penerangan kegiatan yang berkaitan dengan manajemen LLAJ
15
15
15
15
15
15

Jumlah
100
100
100
100
100
100

Kamis, 08 Desember 2011

Garden

so beautiful

Rabu, 07 Desember 2011

SISTEM PENGUKURAN KINERJA ASP


9.2. SISTEM PEKNGUKURAN KINERJA

            9.2.1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program /kebijaksanaan dalam memujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Daftar apa yang ingin dicapai tertuang dalam perumusan penskemaan strategis (strategic planning) suatu organisasi. Jadi, kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.
Seluruh aktivitas organisasi harus dapat diukur dan pengukuran ini tidak hanya dilakukan pada input (masukan) program, tetapi juga pada keluaran manfaat dari program tersebut.

Pengukuran kinerja menurut Larry D. Stout :
“Pengukuran kinerja adalah proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (misi accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produ, jasa, atau suatu proses”.

Pengukuran kinerja menurut James B. Whittaker :
“Pengukuran kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”.

Penerapan skema indicator kinerja membutuhkan artikulasi misi, tujuan, sasaran dah hasil program yang dapat diukur dan jelas manfaatnya. Tujuan dan sasaran yang ditetapkan akan berhubungan dengan hasil atau outcome dari setiap program yang dilaksanakan.

            9.2.2. Tujuan atau Manfaat pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan manajemen pencapaian kinerja. Dengan catatan pencapaian indicator kinerja, organisasi diharapkan dapat mengetahui prestasinya secara objektif dalam suatu periode waktu tertentu. Kegiatan dan program organisasi seharusnya dapat diukur dan dievaluasi. Ini berarti bahwa pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk :
1.      Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan pencapaian kinerja.
2.      Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati
3.      Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta melalukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
4.      Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang dicapai setelah dibandingkan dengan skema indicator kinerja yang telah disepakati.
5.      Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.
6.      Mengindentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7.      Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8.      Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
9.      Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
10.  Mengungkap permasalahan yang terjadi.

9.2.3. Prinsip-prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan prinsip skema indikator kinerja dapat dilihat tabel berikut :
            Prinsip-prinsip Pemilihan Ukuran kinerja
Evaluasi kembali Ukuran yang ada
Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh manajemen.Apabila skema indicator kinerja sudah tidak berfungsi, maka imanajemen akan mengembangkan ekema baru. Tidak berfungsinya skema dapat disebabkan ketidakcocokan logika ilmu dengan interprestasi riilnya. Sehingga keseuaian ilmu pengetahuan dengan indicator kinerja akan menghasilkan interprestasi penerapan skema indicator kinerja yang lebih tajam dan riil.
Mengukur kegiatan yang penting, tidak hanya riil.
Kinerja selalu berorientasikan hasil. Ukuran hasil sering diformulasikan dalam rasio keuangan. Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya permasalahan. Hasil tersebut tidak dapat menunjukkan diagnose hasil.
Pengukuran harus mendorong tim kerja yang akan mencapai tujuan. (Goal-driven Team-Work)
Pembagian proses pengukuran menciptakan lingkungan tim kerja yang aktivitasnya diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi, dan hal ini adalah baik. Suatu organisasi yang modern terlalu kompleks untuk ditangani secara menyeluruh oleh seseorang atau suatu departemen. Jadi, sebuah tim harus bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengukuran harus merupakan perangkat yang teringrasi, seimbang dalam penerapannya.
Agar efektif, sistem pengukuran harus diciptakan sebagai perangkat terintegrasi yang diperoleh dari strategi perusahaan. Sebagian besar perusahaan berusaha meminimalkan biaya, meingkatkan kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan produksi, dan menciptakan pengembalian investasi yang wajar.
Pengukuran harus memiliki focus eksternal jika memungkinkan
Ukuran internal yang umum dipakai di sebagian besar organisasi adalah perbandingan kinerja dari tahun ke tahun. Suatu perbandingan tertentu dapat dilakukan ke tingkatan mikor :divisi, departemen, kelompok bahkan individu.
9.2.4. Aspek yang Diukur
            Setiap organisasi biasanya tertarik pada pengukuran kinerja dalam aspek berikut :
1.      Aspek Finansial
                        Aspek financial meliputi anggaran atau cash flow. Aspek ini penting sehingga                                kondisi keuangan dapat dianalogikan sebagai aliran darah tubuh manusia.
2.      Kepuasan Pelanggan
Manajemen perlu memperoleh informasi yang relevan mengenai tingkat kepuasan pelanggan karena pelanggan sangat krusial dalam penentuan strategi perusahaan.
3.      Operasi dan Bisnis Internal
Operasi bisnis internal diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang tercantum dalam skema strategis dan untuk melakukan perbaikan terus menerus atas efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan.
4.      Kepuasan Pegawai
Peran strategis pegawai sungguh sangat nyata. Karena apabila pegawai tidak dikelola dengan baik, maka kehancuran perusahaan sulit untuk dihindari.
5.      Kepuasan Komunitas dan Shareholders/Stakeholders
Pengukuran kinerja perlu didesain untuk mengakomodasikan kepuasan dari para stakeholders.
6.      Waktu
Ukuran waktu merupakan variable yang perlu diperhatikan dalam desain pengukuran kinerja, sehingga informasi yang dibutuhkan diharapkan relevan dan up to date.

Agar pengukuran kinerja dapat dilaksanakan dengan baik,maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan segera
2.      Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-going process)
3.      Sesuaikan organisasi pengukuran kinerja dengan organisasi.

9.2.5. Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan seperangkat ukuran yang seimbang yang dapat menceritakan secara lengkap apa yang terjadi dalam organisasi. Seperangkat ukuran yang seimbang itu termasuk pengukuran kinerja lintas sektoral seperti keuangan, nonkeuangan: Biaya, nonbiaya: intetnal, eksternal: proses.
Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu :
1.      Skala nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatnya karena dengan skala ini objek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan cirri-ciri yang sama, yang berbeda dengan kelompok lain.
2.      Skala Ordinal
Skala ini lebih tinggi atau lebih baik daripada skala nominal karena selain mempnyai ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat menggolongkan objek dalam golongan-golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal, yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal dapat dibedakan tingkatnya.
3.      Skala Interval
Skala ini memiliki cirri-ciri yang sama dengan skala ordinak, yaitu dapat membedakan objek ke dalam golongan-golongan yang berjenjang, juga memiliki kelebihan seperti mempunyai unit pengukuran yang sama sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan golongan lain, dapat diketahui.
4.      Skala Rasio
Skala rasio merupakan skala yang tertinggi tingkatnya, karena selain mempunyai kesamaan dengan skala interval, juga mempunyai semua cirri yang dimiliki oleh semua skala dibawahnya. Contohnya adalah rasio profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas.

            9.2.6. Teknologi Pengukuran Kinerja
            Teknologi Balanced Scored Card (BSC)
            Terdapat empat perspekstif yang dinilai dalam Balanced Score Card, yaitu :
           
Perspektif Keuangan (Finansial)
Memberikan penilaian terhadap target keuangan yang dicapai oleh organisasi dalam mewujudkan visinya.
Perspektif Konsumen (Customer)
Memberikan penilaian terhadap segmen pasar yang dituju dan tuntutan customer beserta tuntutan kebutuhan yang dilayani oleh organisasi dalam upaya untuk mencapai target keuangan tertentu.
Perspektif proses Bisnis/Intern (Internal)
Memberikan penilaian gambaran proses yang harus dibangun untuk melayani customer dan untuk mencapai target keuangan tertentu.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Growth and Learn)
Memberikan penilaian yang merupakan pemacu untuk membangun kompetisi personel, prasarana sistem informasi, dan suasana lingkungan kerja yang diperlukan untuk mewujudkan target keuangan, customer, dan proses bisnis internal.

          


Penilaian Kinerja dengan Balanced Scored Card

                                 

Penilaian dengan 3E (Ekonomi, Efisien, Efektivitas)
Tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik organisasi yang berorientasi laba (swasta) maupun organisasi nonprofit (sektor public) adalah value for money yang meliputi efisien, efektivitas dan ekonomis.
            untuk lebih jelasnya efisien, efektivitas dan ekonomis dapat diuraikan sebagai berikut :
v  Efisien adalah hubungan antara input dan output di mana barang dan jasa yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu.
v  Efektivitas adalah hubungan antara ouput dan tujuan, dimana efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
v  Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input di mana barang dan jasa dibeli pada kualitas yang diinginkan dan pada harga terbaik yang dimungkinkan.

Efisien yang merupakan salah satu bagian dari indikator kinerja value for money, dapat diukur dengan rasio antara output dan input. Semakin besar rasio maka semakin efisien suatu organisasi.
Dan ada 4 cara untuk memperbaiki rasio dalam indikator kinerja value for money, yaitu :
1.      Meningkatkan output pada input yang sama
2.      Proporsi peningkatan output lebih besar dari proportsi peningkatan mutu
3.      Menurunkan input pada output yang sama
4.      Proporsi penurunan penggunaan input  lebih besar dari proporsi penurunan output

Efektivitas adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas hanya berbicara masalah output saja. Apabila organisasi telah berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut berjalan dengan efektif.

Ekonomis hanya menekankan pada input. Apabila biaya dari suatu pembangunan lebih rendah dari aktualnya, maka kondisi tersebut dikatakan ekonomis.


9.2.7. Siklus Pengukuran Kinerja

Siklus Pengukuran Kinerja

Perencanaan Strategi
Siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaan strategic, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan, program operasional dan kegiatan/aktivitas.
Penciptaan Indikator Kinerja
Disini, instansi pemerintah mulai menyusun dan menetapkan ukuran/indikator kinerja. Ada beberapa aktivitas dari beberapa jenis program yang dilaksanakan dalam proses ini untuk menghasilkan indikator kinerja yang mudah dan sederhana, dimana indikator kinerja berupa input, process, ouput, outcomes, benefit atau impacts. Indikator/ukuran yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat dihitung, misalnya, jumlah klaim yang diproses
Mengembangkan Sistem Pengukuran Kinerja
Ada 3 kegiatan dalam tahap ini, yaitu :
1. Meyakinkan keberdaan data yang diperlukan.
2. Mengukur kinerja dengan data tersedia dan data terkumpul
3.data yang terhimpun harus dipresentasikan dengan  baik.
Penyempurnaan Ukuran
Pemikiran kembali atas indikator hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting dibandingkan pemikiran kembali atas indikator masukan (inputs) dan keluaran (outputs)
Pengintegrasian dengan proses Manajemen
Menggunakan ukuran kinerja tersedia secara efektif. Penggunaan data organisasi dapat dijadikan alat untuk memotivasi tindakan dalam organisasi.